Menengok Kācāryan Tattwa di Situs Prasasti Watu Dukun Sampung Ponorogo

Situs Watu Dukun di Desa Pagerukir, Sampung. Sumber: Andre Paweling.com- Jejak sejarah masa lalu di kawasan Sampung dikenal oleh dunia arkeo...

Situs Watu Dukun di Desa Pagerukir, Sampung. Sumber: Andre
Paweling.com-Jejak sejarah masa lalu di kawasan Sampung dikenal oleh dunia arkeologis dengan peninggalan prasejarah seperti Sampung Bone Culture (Kebudayaan Tulang Sampung) dan beberapa peninggalan prasejarah yang lain di sekitar kawasan Goa Lawa. Meski demikian, Sampung juga memiliki peninggalan sejarah era Jawa Kuno. Bukti arkeologi masa Jawa Kuno dapat ditemui di beberapa desa di Kecamatan Sampung berupa lingga, yoni, arca, dan prasasti.

Salah satu peninggalan era jawa kuno di sampung adalah Prasasti Watu Dukun yang berada di desa Pagerukir Kecamatan Sampung. Prasasti Watu Dukun merupakan prasasti peninggalan era Jawa Kuno sekitar abad XI-XII Masehi. Prasasti ini menggambarkan ajaran dari Agama Hindu yakni Kacaryan Tattwa (Hakikat Tertinggi). Prasasti ini bertuliskan aksara Jawa Kuno kuadrat dengan ciri aksara timbul dari permukaan prasasti. Di situs ini terdapat sebuah batu besar bertuliskan huruf jawa kuno. Selain itu ada juga batuan seperti balok altar (Meja), 4 batu kursi, batu salju, batu berundak, batu suci serta batu menyerupai ranjang.

Dengan adanya prasasti ini menunjukkan keberadaan peradaban Hindu pada Abad XI-XII Masehi di kawasan Pagerukir. Berdasarkan cerita dari Juru kunci, masyarakat setempat percaya bahwa prasasti Watu Dukun mempunyai keterkaitan dengan pelarian Raja Airlangga bersama pengikutnya yakni Mpu Narotama. “Airlangga melarikan diri bersama Narotama dan digembleng (diajar) oleh Mpu Barada di Pagerukir” tutur Bibit, Juru kunci situs prasasti Watu Dukun.

Tapak Tilas Raja Airlangga
Sekitar tahun 1016 Masehi terjadi peristiwa Pralaya yang tercatat di prasasti Pucangan sebagai sebuah bencana. Kerajaan Medang yang dipimpin oleh Raja Dharmawangsa diserang oleh Kerajaan Lwaram yang dipimpin oleh Raja Wura Wuri yang bersekutu dengan Kerajaan Sriwijaya. Penyerangan yang dilakukan oleh kedua Kerajaan tersebut bukan tanpa alasan. Sebagai Kerajaan kecil dibawah kekuasaan Kerajaan Medang, Wura Wuri sebelumnya ingin menikahi putri Dharmawangsa. Ia ingin menikahi Putri Dharmawangsa karena ingin menggantikan Posisi Dharmawangsa sebagai Raja. Namun, lamarannya ditolak dan Dharmawangsa lebih memilih Airlangga putra dari Udayana Bali sebagai menantunya. Sedangkan alasan Kerajaan Sriwijaya bersekutu untuk menyerang Kerajaan Medang adalah perebutan wilayah Palembang yang sempat diinvasi oleh Kerajaan Medang.

Saat itu penyerangan bertepatan dengan pernikahan Airlangga dengan putri Raja Dharmawangsa. Seperti yang diceritakan prasasti Pucangan, Kerajaan Medang luluh lantak dan hancur. Hanya tersisa Airlangga bersama Mpu Narotama yang berhasil melarikan diri. Pelarian mereka sampailah di desa Pagerukir. Kemudian, Bertemulah mereka dengan Mpu Barada dan melakukan laku Kācāryan Tattwa.

Setelah menimba ilmu kepada Mpu Barada, Airlangga mendapatkan mandat dari Senapati Kerajaan Medang yang masih setia untuk membangun Kerajaan kembali dengan sisa kekuatan dari Kerajaan Medang yang telah runtuh. Dengan keberanian dan persiapan yang sudah mumpuni. Setelah mendapat restu dari Mpu Barada Airlangga memberanikan diri menghadapi mandat tersebut. Kemudian, berdirilah Kerajaan Kahuripan yang lazim disebut dengan Kerajaan Medang Koripan dengan Raja pertamanya yakni Raja Airlangga.

Kācāryan Tattwa
Yang menarik di sini adalah ajaran Kācāryan Tattwa yang tertulis dalam prasasti. Mengutip hasil penelitian dari Aang Pambudi, Kācāryan Tattwa merupakan ruang atau tempat pembelajaran Tattwa (Hakikat Tertinggi) dalam konsep ajaran Siwaisme. Jadi, bisa dikatakan bahwa situs Watu Dukun pada masa Jawa Kuna merupakan sebuah Kācāryan, sebagai tempat untuk memberikan ajaran suci Tattwa (Hakikat Tertinggi) yang terkandung dalam agama Hindu. Dan aksara yang terpahat pada prasasti tersebut merupakan kurikulum (representasi) pengajarannya.

Kācāryan sendiri termuat dalam Kakawin Sumanasāntaka, yang ditulis oleh Mpu Monaguna. Kakawin Sumanasāntaka bercerita mengenai nilai ajaran Tattwa. Situs Watu Dukun ini juga memiliki kelengkapan mengenai gambaran dari Kācāryan. “Di Watu Dukun, terdapat Kācāryan yang menggunakan silatala (batu datar)” ungkap Aang Pambudi. Di dalamnya terdapat struktur pedoman yang mewakili ajaran Tattwa. Pertama, Samyagjñana yang mengajarkan pengetahuan suci tentang kebenaran dan kesempurnaan; kedua, Prayogasandhi yakni usaha (upaya) konsentrasi tinggi menuju kamokşan; ketiga, Kamoksan yakni tercapainya alam kesunyian (sunyata) dan penyatuan dengan bhațara; keempat, Rahasya yakni ajaran tentang nilai dan etika merahasiakan ajaran suci Tattwa; kelima, Prajñan yakni kecerdasan spiritual sejati dan berpengetahuan ajaran suci Tattwa.

Keberadaan prasasti yang menggambarkan adanya laku Kācāryan Tattwa ini perlu dilestarikan dan terus dikaji ulang. Sebab, dalam laku Kācāryan Tattwa penting untuk memahami bagaimana ajaran agama Hindu, khususnya Tattwa, disebarkan dan dipahami dalam konteks budaya pada masa lalu. Ini juga dapat memberikan wawasan tentang bagaimana pengaruh Hindu-Buddha membentuk tradisi dan kebudayaan di daerah keberadaan prasasti. Masyarakat masih percaya bahwa di sekitar situs Watu Dukun ini memiliki energi positif untuk bertapa atau mencari pencerahan spiritual. Hingga saat ini masih bisa ditemui masyarakat setempat maupun luar kota berziarah untuk menenangkan diri atau bertapa.

Penulis: Andre Gallentino

Daftar Rujukan:
Aang Nugroho Pambudi, “Misteri Penemuan Śilatala Pertapaan Masa Klasik di Daerah Sampung-Ponorogo (dari Pengalaman Mistis hingga Kajian Ilmiah Arkeologi)” Majalah Artefak Edisi 2023 Vol. 38 No. 1.
Aang Nugroho Pambudi, “Makna Struktur Tanda Verbal dan Visual Sistem Penyampaian Ajaran Suci Tattwa (Hakikat Tertinggi) dalam Kācāryan pada Daerah Kebudayaan Abad XI-XII Masehi di Jawa Timur”. Tesis Magister, Universitas Gadjah Mada, 2022.
Ni Nyoman Sri Winarti dan Ni Made Surawati, “Ajaran Tatwa Dalam Kakawin Sumanasāntaka”. Vidya Wertta Volume 3 Nomor 1 Tahun 2020.


Related

utama 4872809779349143937

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item