Sastra Jawa dan Laku Kehidupan Orang Jawa
PAWELING.COM - Masyarakat Jawa memang unik, terutama tentang peradabannya dan juga peninggalan sastranya yang begitu unik. Sastra Jawa memi...
PAWELING.COM - Masyarakat Jawa memang unik, terutama tentang peradabannya dan juga peninggalan sastranya yang begitu unik. Sastra Jawa memiliki rasa unik tersendiri, sastra Jawa tidak hanya menggambarkan satu perasaan dari penulisnya. Tetapi sastra Jawa bisa berdiri sendiri sebagai satu kesatuan di kehidupan.
Untuk menelusuri tentang sastra Jawa maka kita bisa melihat salah satu tokoh sastra Jawa, yakni Ronggowarsito. Beberapa kalangan mengatakan jika ronggowarsito adalah penutup pujangga Jawa. Karena anggapan inilah sastra Jawa mengalami kemerosotan, sastra Jawa tidak memiliki pijakan ketika Sang pujangga telah wafat.
Sastra Jawa tidak hanya membicarakan perihal bagaimana seorang penyair mengekspresikan perasaan lewat satu karya sastra. Tetapi lebih jauh dari itu, lewat sastra para pujangga Jawa menyusupkan ajarannya, memberikan kritik terhadap kondisi lingkungan tempatnya tinggal, dan yang paling penting pujangga Jawa menitipkan ruhnya pada karya tersebut sehingga karyanya bisa hidup.
Tentu ruh dan hidup dalam tulisan di atas tidak bisa dimaknai secara tekstual. Ruh yang dimaksud di sini adalah keahlian dari sang pujangga untuk membuat satu tokoh, dan tokoh tersebut memiliki karakter sehingga oleh masyarakat dianggap hidup.
Kepiawaian para pujangga Jawa sehingga bisa menghasilkan satu karya sastra dengan tokoh karakter kuat tentu tidak didapatkan dengan mudah. Para pujangga tidak hanya belajar caranya menulis, belajar caranya mengekspresikan diri. Tetapi para pujangga belajar caranya hidup, mendalami dan memahami fungsi kemanusiaannya di dunia.
Secara sederhana, pujangga jawa selain belajar menulis, mereka terlebih dahulu belajar laku hidup. Laku hidup yang dipelajari oleh pujangga Jawa ini tidak diajarkan sebagaimana kita belajar di sekolahan. Menurut salah satu sahabat saya, orang Jawa tidak memiliki budaya memberikan pelajaran dari laku hidup tersebut.
Seorang yang sudah dilahirkan di Jawa dan otomatis menjadi orang Jawa, maka mereka sebenarnya bisa mempelajari laku hidup orang Jawa tanpa harus belajar. Karena menurut sahabat saya tersebut, laku hidup orang Jawa itu berbeda-beda, sehingga satu orang yang ingin mempelajari laku hidupnya, harus belajar sendiri.
Pemahaman tentang fungsi hidupnya di dunia, sehingga bisa hidup di dunia sebagaimana fungsinya adalah salah satu dasar yang perlu dipelajari oleh seluruh pujangga Jawa. Dan Ronggowarsito sebagai pujangga Jawa tentu sudah memahami perannya hidup di dunia.
Dan inilah yang menurut saya masih kurang diperhatikan oleh sastrawan muda Jawa, mereka hidup di Jawa, mencari makan di Jawa tetapi tidak paham perannya sebagai orang Jawa. Mereka kadang tidak paham tentang fungsinya hidup di bumi Jawa dan perannya.
Karena hal tersebut, maka kemudian ada beberapa kalangan yang menolak semua budaya Jawa. Budaya Jawa menurut mereka memiliki sisi negatif, tetapi sebagaimana yang sahabat saya sampaikan di atas.
Sebagai orang Jawa wajib untuk mencari fungsinya hidup di bumi Jawa ini, mereka harus meresapi budaya dan karakter orang Jawa untuk bisa memahami fungsinya hidup di dunia. Jawa menjadi pijakan awal untuk melihat dunia, kemudian setelahnya kita juga harus kembali ke Jawa.
Penulis : Lohanna Wibbi Assiddi