Realitas Semu Kesalahan Mengartikan Tanda Dan Penanda

PAWELING.COM - Kesalahan manusia yang terjebak dalam dunia simulacra adalah karena mereka salah menangkap tanda dan penanda. Tanda adalah...





PAWELING.COM - Kesalahan manusia yang terjebak dalam dunia simulacra adalah karena mereka salah menangkap tanda dan penanda. Tanda adalah sesuatu yang mengandung makna,  Sementara penanda adalah sesuatu yang menjadi media dari tanda tersebut.

Jadi secara singkat tanda adalah esensial sedangkan penanda adalah media untuk menggambarkan sesuatu yang esensial tadi. Jika melihat tulisan sebelumnya, maka tanda adalah soal kepintaran para mahasiswa, sementara penandanya adalah nilai A.

Maka orang yang terjebak pada simulacra mereka akan lebih mementingkan cara untuk mendapatkan nilai A tersebut, daripada caranya untuk menguasai materi sehingga akan lebih paham dan menjadi orang pintar (karena paham materinya, bukan karena mendapatkan nilai A).

Misal yang lain adalah ketika ada orang lain yang meninggal maka mengucapkan belasungkawa lewat akun facebook, atau wa dan media sosial lainnya ini fungsinya hanya sebatas media untuk menggambarkan rasa belasungkawa tadi. Tetapi kadang-kadang ada orang yang mengucapkan lewat akun media sosialnya sebagai wujud esensial, sementara rasa belasugkawa tidak pernah ada.

Hal semacam itulah yang dikritik oleh filsuf asal Prancis, manusia sudah salah dalam memandang mana yang esensial dan mana yang hanya semu (bentuk citraan dari yang esensial atau yang sejati). Contoh lainnya adalah ketika menggunakan pasta gigi, maka ada iklan-iklan jika beberapa merk pasta gigi memiliki keunggulan.

Maka anda setelah itu menggunakan pasta gigi A karena memiliki hal-hal yang tidak dimiliki pasta gigi lainnya. Padahal jika dilihat lagi semua pasta gigi memiliki bahan dasar yang sama, anda memilih pasta gigi A karena salah mengartikan tanda.

Semua yang diiklankan oleh pasta gigi A adalah penanda dari tanda alat untuk membersihkan gigi. Harusnya anda membeli pasta gigi bukan dari iklan dari pasta gigi A, tetapi membeli barang dari esensinya, yakni untuk membersihkan gigi.

Ada juga contoh lainnya, orang yang rajin solat diberikan penanda keningnya berwarna hitam karena rajin solat. Karena hal tersebut dan anda memahami orang yang rajin solat karena penanda tersebut maka cara solat anda pasti didaya-upayakan untuk membuat kening berwarna hitam.

Realitas semu dalam agama

Realitas semu yang sudah saya jelaskan diatas tentu tidak akan baik jika diterapkan dalam kehidupan beragama. Realitas semu dalam keberagamaan bisa anda lihat dari proses pengertian orang yang rajin sholat.

Orang yang rajin solat dan dianggap soleh adalah orang dengan karakter kalem, bersorban, berjenggot serta memiliki kening dengan warna hitam. Tetapi apakah orang yang rajin solat dan soleh itu seperti anggapan di atas.

Apakah orang yang bersorban, berjenggot dan memiliki kening berwarna hitam adalah orang yang rajin beribadah dan mereka sudah pasti soleh. Inilah yang perlu dipahami, bahwa belum tentu tampilan luar dari manusia itu menjadikan manusia bisa menjadi soleh.

Perkara soleh adalah perkara antara tuhan dengan peribadi manusia itu sendiri, jadi tidak bisa dinilai orang tersebut soleh karena misalnya, bersorban, memiliki jenggot dan berkening hitam. Jika orang berpandangan seperti itu maka otomatis mereka telah terjebak dalam pandangan simulakra.

Sebenarnya jika dipelajari maka akan ditemukan bahwa simbol-simbol keagamaan dalam sumber dari realitas yang semu. Termasuk juga cara pandang orang modern yang lebih mementingkan kondisi tampilan luar (realitas semu) daripada esensinya.

Karena sebab inilah maka sangat mungkin sekali orang terjebak pada sebuah realitas semu. Dan cara pandang inilah yang penting untuk kita hapus bersama.

 Penulis : Lohanna Wibbi Assiddi


Related

Paweling 5733614129883402393

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item