Sugih Tanpo Bondo

Unsplash.com PAWELING.COM -  Siapa  yang tidak mau bahagia? Pastinya, semua orang yang hidup di dunia ini ingin bahagia. Wong  hidup cuma se...

Unsplash.com

PAWELING.COMSiapa  yang tidak mau bahagia? Pastinya, semua orang yang hidup di dunia ini ingin bahagia. Wong  hidup cuma sekali kok disia-siakan, ya rugi dong. Dan salah satu persyaratan untuk bahagia adalah rasa kepuasan diri. Lalu apa ukuran untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan yang singkat ini?

Banyak orang yang menilai ukuran kebahagiaan seseorang adalah bondo atau kekayaan.  Saat kita melihat seseorang yang kaya raya pasti timbul respon “wah… mereka pasti bahagia, punya rumah bagus, mobil bagus, makan enak,” atau mungkin tidak jauh dari hal tersebut. Yang paling tersembunyi adalah timbulnya iri dalam hati meskipun, mulut mengatakan tidak.

Bayangkan saja, jika seseorang memiliki uang yang sangat buanyak (pokoknya “u” nya tidak terbatas) tetapi tidak bersyukur, pasti ia akan selalu merasa kurang. Apalagi kalau cara untuk mendapatkan uangnya dengan cara haram. Innalillah. Dapat dipastikan bahwa hati orang tersebut tidak akan pernah tenang (kemrungsung). Lalu, kalau bukan bondo apa?

Bukankah dalam history nabi pernah hidup seorang wanita bernama Tsa’labah. Ia adalah sahabat Nabi yang terjerat miskin tetapi, ia ahli ibadah, termasuk orang yang beriman. Pada suatu hari karena tidak bersyukur atas apa yang diberikan kepadanya ia meminta kepada Rasulullah agar didoakan menjadi kaya.

Bahkan Rasulullah sempat menolak, karena mengetahui apa yang akan terjadi jika seseorang menjadi kaya. Tetapi pada akhirnya, Rasulullah mendoakan Tsa’labah karena ia memaksa. Namun, apa yang terjadi akhirnya? Tsa’labah malah mengingkari janjinya ketika meminta doa Rasulullah. Ia malah menjadi orang yang lalai, ia menjadi kikir dan berpaling.

Sebagai bangsa yang besar, Jawa tentunya mempunyai kaidah atau pitutur kehidupan tentang ini. Seperti halnya dalam pitutur jowo yang dipopulerkan oleh Sujiwo Tedjo dengan lagunya yang berjudul “Sugih Tanpa Bondo”. Dalam liriknya baris yang awal, bahkan dapat dilihat dari judulnya yaitu Sugih tanpo bondo  yang berarti Kaya tanpa memiliki harta.

Lalu, apa yang dimaksud pitutur jawa sugih tanpo bondo?  Kata sugih disini yang dimaksud bukanlah mempunyai harta yang banyak. Tapi, yang dimaksud sugih  adalah rasa kepuasan diri, rasa kepuasan hati  untuk menerima segala kehendak Gusti (Allah). Bagaimana cara kita menanggapi rezeki yang datang yaitu, dengan bersyukur.

Pitutur ini mengatakan kepada kita bahwa dalam hidup, kita harus merasa serba berkecukupan. Karena berapa banyaknya harta yang kita miliki, setinggi apa jabatan kita, jika hati merasa tidak puas maka akan selalu merasa kurang. Karena pada sejatinya, untuk mencapai sebuah kebahagiaan manusia harus tetap bersyukur atas kenikmatan yang telah diberikan kepadanya.

Oleh karena itu, marilah kita manfaatkan bulan yang mulia ini dengan lebih memantapkan iman di hati masing-masing. Sehingga, dalam kehidupan yang singkat ini kita dapat mencapai kemuliaan hidup, ketentraman hati dan tidak akan menyesal di kehidupan yang akan datang.

(Ponorogo, 13 Ramadhan 1442)

(Aji Leila, Santri Pondok Pesantren Mamba’ul Hikmah)


Related

Paweling 2534670438809192036

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item