Menyoal Sampah Ramadhan dan Lomba Peribadatannya

Sumber foto :  https://www.instagram.com/p/CN4lIMSAHgy/?igshid=yyfpy7isarxp PAWELING.COM- Hari ini puasa sudah menginjak hari ke Sebelas, te...

Sumber foto : https://www.instagram.com/p/CN4lIMSAHgy/?igshid=yyfpy7isarxp


PAWELING.COM-
Hari ini puasa sudah menginjak hari ke Sebelas, tentunya sudah banyak kita jumpai snap ataupun postingan, baik di whatsapp ataupun di medsos-medsos tentang pahala-pahala di bulan Ramadhan. Adapun sudah kita jumpai pagelaran rutin bulan Ramadhan yang sering kita bilang “buber”, ataupun perlombaan bagi-bagi takjil di perempatan jalan, adapun rutinitas yang lain yakni penjual makanan santap berbuka yang makin merajalela di pinggir-pinggir jalan.

Dan satu rutinitas lain yang tak bisa dilupakan oleh mahasiswa, apalagi bagi mahasiswa yang menyandang “anak rantau”, apalagi kalau bukan safari Ramadhan dari masjid ke masjid, bukan untuk mengikuti tarawih, atau ikut tadarusan, namun untuk mencari menu berbuka yang gratisan.

Dari sekian banyak pagelaran rutinitas itu ada satu rutinitas baru yang ada di Ramadhan bulan ini dalam catatanku, yakni cita-cita teman saya untuk mengecilkan perut buncitnya, namun sungguh sayang, saya lihat tak ada perubahan sama sekali yang tampak. Meskipun ia rajin berpuasa tak kesampaian juga cita-citanya itu.

Dalam kerisauannya itu aku berusaha memberinya semangat untuk tetap optimis, karena masih tersisa 19 hari lagi, Ramadhan penuh 30 hari, artinya perjuanganya masih panjang. Dan diantara semua pagelaran tersebut, yang perlu kita ketahui dan mulai kita sadari di bulan mulia ini adalah, sumbangan kita terhadap semakin banyaknya sampah. Mulai dari bungkus gorengan, gelas cendol, bungkus kolak, wadah kurma, kotak martabak, kemasan air minum dan kertas nasi bungkus serta karet gelang yang setia membersamainya. Dan dari semua sampah ini, tergolong dalam kategori sampah plastik.

Untuk yang masih bertanya, Mengapa hal ini perlu kita ketahui dan sadari, mungkin kita bisa membaca data dari kementerian lingkungan hidup dan kehutanan (KLHK) tentang total produksi sampah nasional di tahun 2020 yang telah mencapai 67, 8 juta ton. Artinya dari 270 juta penduduk Indonesia menghasilkan 185, 753 ton sampah setiap harinya, atau setiap penduduk memproduksi sekitar 0, 68 kilogram sampah perhari. Dan data ini tentunya akan semakin bertambah lagi di bulan Ramadhan ini.

Jika melihat data itu belum membuat terjawabnya pertanyaan diatas, mungkin film dokumenter dari greenpeace Indonesia tentang peliputan darurat sampah yang ada di  TPA Bantar Gebang, Bekasi DKI Jakarta. Dalam film ini disampaikan bahwa rata-rata volume yang masuk ke TPA ini adalah 6. 000 – 7. 000 ton per harinya. Volume ini setara dengan besar candi Borobudur yang masuk ke bantar gebang setiap 2 hari sekali, bisa dibayangkan betapa banyak sampah yang kita hasilkan, ini baru di satu TPA, bagaimana dengan TPA di tempat lain?, tentunya bisa kita searching sendiri, “data overload sampah”.

Lain hal lagi dengan sampah, ada hal lain yang menggelayuti pikiran saya, yakni tentang peribadatan, seperti halnya di bulan Ramadhan ini, tentunya semua orang berlomba-lomba dalam beribadah, seperti yang kita tahu setiap ibadah di bulan Ramadhan ini akan dilipat gandakan menjadi seribu, siapa yang tak mendambakan kelipatan ini yang tentunya tidak dijumpai di bulan selain ramadhan. Sebagian Orang-orang berlomba dalam ibadah dengan harap surga dan tempat yang nyaman di akhiratnya, orang-orang ini berkata, ibadah ini sebagai salah satu bentuk investasi akhiratnya.

Ya ini saya anggap lebih baik, daripada orang yang tak beribadah sama sekali. namun sayang, diantara orang-orang yang berlomba dalam beribadah ini, dengan kuasanya masih saja gemar menghakimi orang lain yang tidak melakukan ibadah seperti dirinya. Ada orang berpuasa lalu melihat lainya tak berpuasa, dengan budaya ala netizen Indonesia ia mencerca orang yang tak berpuasa, namun setelah datang waktu sholat ia juga masih saja mengulur waktu sholatnya disaat ia sedang bersantai.

Apa arti rajin ibadahnya jika masih merasa benar sendiri dan menyalahkan lainya yang masih tak se-taat ibadahnya, bukankah soal ibadah adalah urusan masing-masing? Mungkin mencoba mengingatkan, namun jika dengan mencerca dan merendahkanya, sudah barang tentu ini tindakan yang tak etis dilakukan oleh orang yang berlabel taat ibadah, karena ini bagi saya adalah tindakan yang kurang etis, bener ning ra pener. 


Penulis : UMRAN.A


Related

Kamanungsan 8354902298763014752

Posting Komentar

emo-but-icon
:noprob:
:smile:
:shy:
:trope:
:sneered:
:happy:
:escort:
:rapt:
:love:
:heart:
:angry:
:hate:
:sad:
:sigh:
:disappointed:
:cry:
:fear:
:surprise:
:unbelieve:
:shit:
:like:
:dislike:
:clap:
:cuff:
:fist:
:ok:
:file:
:link:
:place:
:contact:

Follow Us

Hot in weekRecentComments

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item