Hujan, dan Hubungannya Dengan Covid-19

Paweling.com_ Kegiatan paling asik ketika  hujan tiba adalah barmain air, atau dalam isitlah Jawanya adalah koceh, udan-udanan. Selain itu, ...


Paweling.com_Kegiatan paling asik ketika  hujan tiba adalah barmain air, atau dalam isitlah Jawanya adalah koceh, udan-udanan. Selain itu, ketika hujan tiba, banyak anak kecil yang senang termasuk saya. Karena sekolah sore, atau di daerah saya di namakan dengan TPA libur.

Ya, pada masa kecil saya belum ada pandemi covid-19. Sehingga masih bisa bebas berbaur dengan teman-teman tanpa menggunakan masker. Produk sanitizer juga belum di kenal oleh masyarakat luas, karena jika ingin tanganya bersih maka tinggal cuci tangan.

Pada masa itu, saya juga pernah mengalami satu hal unik. Ketika itu pulang sekolah saya dan beberapa teman di desa sibuk mencari barang-barang untuk di jual ke bapak-bapak pengepul rosok. Hasil penjualan di tukar dengan krupuk bol (sejenis krupuk yang proses pengolahannya menggunakan pasir bukan dengan minyak goreng).

Kami bebas makan bersama tanpa takut adanya covid-19, karena memang pada masa itu belum ada pandemi. Lalu kenapa saya menceritakan pengalaman masa kecil yang tidak takut akan pandemi tersebut.

Ada dua masalah yang menurut saya bisa kita angkat dari pandemi tersebut, pertama adalah perihal mudahnya untuk mengubah pola kehidupan masyarakat dunia. Dan yang kedua adalah dampak pandemi yang masih belum jelas ujungnya mau di bawa kemana.

Seperti yang kita tahu, pandemi covid-19 mampu merubah pola kehidupan manusia dengan cepat, dahulu transaksi digital masih belum di kenal luas. Setelah pandemi semua transaksi cenderung di lakukan secara digital.

Kemudian dalam hal pendidikan, para murid tidak boleh lagi bertatap muka, atau jika boleh itu dibatasi sekali. Sekarang murid lebih cenderung menggunakan pembelajaran digita, pembelajaran dengan media elektronik seperti hp.

Jadi dahulu murid (siswa TK, SD dan SMP) sangat di batasi penggunaan pada media digital, sekarang mereka malah di suruh untuk menggunakan media digital. Tidak perduli pelosok negeri, ketika negara dawuh lewat aparatur negaranya untuk melakukan pembelajaran daring. Maka semua penduduk, bahkan yang dipelosok desa harus mengikuti pembelajara daring.

Hal tentang tidak adanya sinyal bukan menjadi masalah bagi para pemberi kebijakan. Jika sudah menitahkan satu hal, maka harus langsung di patuhi tanpa terkecuali.

Itu dalam ranah pendidikan saja, dalam ranah yang lainnya juga banyak. Seperti ranah sosial, ekonomi, dan mungkin juga agama berubah pola prilakunya. Tapi ada satu hal yang tidak berubah, ranah politk tetap sama, pemulu juga tetap di adakan secara offline, mungkin pandemi tidak mempan ketika ada pemilu.

Jika sudah demikian maka semua pasti akan di buat bingung, para ibu sudah mulai bosan dengan pembelajaran di rumah. Mereka harus menambah aktivitasnya dengan membimbing anak-anaknya untuk lebh bisa berinteraksi dengan sekolah lewat media online.

Tapi ada baiknya kita harus berdamai dengan covid-19, tertib memakai masker dan selalu cuci tangan adalah kunci utama untuk terhindar dari covid-19. Kembali ke masa lalu saya tadi, ketika masa pandemi sudah tidak bisa diprediksi lagi kapan akan berakhir. Dan juga kehidupan harus terus berjalan dengan normal.

Anak tidak boleh terus-terusan belajar secara daring, karena akan merusak psikologinya,khususnya dalam ranah sosial. Dengan protokol prilaku kehidupan normal yang baru, harusnya kita sudah bisa dan mulai menerapkan kegiatan pembelajaran tatap muka, tidak perlu khawatir kalau kita sudah menerapkan protokol kesehatan pasti akan aman.

Berkaca dari pemilu, memang ada yang terkena covid-19, tapi hal tersbut tidak menjadikan pemilu di undur atau berganti dengan daring. Tapi terus dilaksanakan dengan protokol kesehatan yang cukup ketat. ***AS


Related

Paweling 4598175956882183003

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item