Tips Menulis Agar Viral
Paweling.com- Jika diizinkan kembali pada dunia sebelum saya dilahirkan, maka saya akan memilih lahir di keluarga penulis, penulis hebat. Ti...
Paweling.com-Jika diizinkan kembali pada dunia sebelum saya dilahirkan, maka saya akan memilih lahir di keluarga penulis, penulis hebat. Tidak penting apa isi tulisannya yang penting keluarga saya terkenal bisa menulis puluhan buku, esai, atau jenis tulisan lainnya.
Tapi sayangnya itu tidak mungkin, dan hanya berujung pada ratapan keputusasaan karena saya tidak terlahir di keluarga penulis, sehingga cita-cita menjadi penulis terputus olehnya. Bersikap semacam itu adalah salah satu titik dimana anda semakin menjauh dari dunia kepenulisan.
Menjadi penulis bukan ilmu yang bisa diwariskan dari ayah ke anaknya, menulis adalah bakat alamiah yang diberikan Tuhan pada manusia. Rasa putus asa karena tidak memiliki darah penulis merupakan sebuah tembok yang memisahkan orang dari bakatnya sebagai penulis.
Perlu diketahui jika semua orang bisa menulis, paling mudah adalah menulis pesan di whatsapp. Orang yang sering menulis di whatsapp adalah penulis juga, mereka seperti penulis novel, puisi, esai, cerpen, jurnal ilmiah atau skripsi. Karena jika merujuk pada definisi ilmiah menulis adalah mengungkapkan gagasan (bisa berupa pertanyaan dan pernyataan) dengan media tulisan, agar gagasannya bisa dipahami kemudian diikuti oleh pembaca.
Jadi sebenarnya semua orang adalah penulis, tinggal mengklasifikasikan mereka jenis penulis seperti apa. Masuk dalam kategori penulis ilmiah, penulis non ilmiah (fiksi, seperti novel, cerpen, dan puisi).
Semua penulis baik ilmiah atau non ilmiah berkembang dalam koridornya masing-masing, dan perkembangan teknologi mulai menjadi salah satu penunjang orang untuk menulis. Ada sebuah aplikasi yang bisa merevisi hasil tulisan, mulai dari EYD yang tidak tepat, penggunaan istilah.
bahkan bisa mengedit tulisan agar bahasanya lebih sesuai dengan tulisan yang dibuatnya. Jika anda menulis tulisan non ilmiah, maka aplikasi tersebut akan mengoreksinya, mencari kata agar tampak lebih sempurna dengan dalil tulisan non ilmiah.
Karena kemudahan tersebut, maka tidak mungkin orang mengeluh tidak bisa menulis. Karena alasan tidak tahu bagaimana caranya menulis harus menulis dengan gaya apa. Perkembangan zaman juga memberikan kelonggaran pada penulis, mereka tidak lagi dibebani oleh dalil-dalil tertentu untuk bisa menghasilkan tulisan.
Cukup menemukan ide, lalu menuliskannya, setelah itu. Jika tidak ada yang mau menerbitkan karena mungkin tulisan anda tidak sesuai dengan standar yang dibuat oleh penerbit. Maka anda bisa mencetaknya sendiri.
Ide menulis juga tidak perlu lagi seperti dalam buku-buku, yang harus melakukan prihatin, melihat fenomena dalam masyarakat kemudian menganalisisnya lalu menuliskan dalam bentuk buku disertai dengan kesimpulan agar masalah tersebut bisa selesai.
Ide untuk dijadikan teman menulis sekarang bisa anda cari dengan hanya membuka buku-buku atau tulisan yang ada di internet. Kadang, anda bisa sedikit menjiplak tulisan orang, kemudian dimodifikasi sedemikian rupa dan hasilnya sedikit dibedakan dari penulis awal. Maka sudah jadilah tulisan anda.
Cara itu biasa dilakukan oleh mahasiswa yang menyelesaikan skripsinya, mungkin karena terlalu banyak lulusan sarjana S1 maka mereka tidak menemukan sisi permasalahan lain yang belum ditulis oleh penulis skripsi sebelum mereka.
Untuk tulisan non fiksi, caranya malah cukup mudah. Tidak perlu lagi melakukan hal-hal tidak mengenakkan. Contoh adalah puisi, dalam buku yang saya baca, puisi adalah refleksi orang terhadap sesuatu, baik kondisi lingkungan, dirinya sendiri yang direfleksikan dalam bentuk sebuah tulisan.
Membuat puisi perjuangan seperti puisinya WS Rendra yang mengkritik pemerintahan Soeharto bisa dibuat oleh anak-anak zaman sekarang. Mereka tidak perlu merasakan bagaimana Pak Harto memerintah. Cukup dengan membaca puisinya Ws Rendra kemudian melakukan tindakan analisis.
Mengubah beberapa kata, menyusunnya kembali, dan akhirnya tercipta perjuangan, puisinya bagus, bisa menggambarkan si pengarang merasa sedih kondisi rakyat pada masa pemerintahan pak Harto. Tapi si pengarang tidak pernah tahu bagaimana pak Harto menjalankan pemerintahannya.
Tulisan ini saya tutup dengan wejangan senior, bahwa judul yang bombastis tidak untuk dibuat judul tulisan hasil karya anak Pers mahasiswa. Tulisan bombastis hanyalah untuk tulisan-tulisan hasil karya para buzzer yang cenderung provokatif.
Tapi memang tulisan bombastis memang memiliki traffic tinggi dalam dunia media online. Satu lagi judul tulisan yang cepat mendapatkan traffic tinggi adalah tips-tips tentang satu hal, seperti yang saya jadikan judul di atas.
Mungkin tulisan ini tidak nyambung antara judul dan isinya, maka saya minta maaf atas ketidaknyamanan anda.***WB