Tertawa Bersama Tuhan Bukan Menertawakan tuhan

Paweling.com- Sebelum saya memulai tulisan esai kali ini, saya akan memberi batasan pada pembaca. Agar mereka tidak berpikir saya akan meng...



Paweling.com-
Sebelum saya memulai tulisan esai kali ini, saya akan memberi batasan pada pembaca. Agar mereka tidak berpikir saya akan mengolok-olok Tuhan, hal tersebut tentu tidak akan terpikirkan oleh saya, walaupun saya adalah manusia beragama yang tidak pernah taat, tapi keimanan terhadap Tuhan adalah hal mutlak.

Batasan yang akan saya sampaikan adalah, terkait dengan dua kosakata yang menjadi judi esai ini, pertama adalah tertawa bersama Tuhan, dan yang kedua adalah menertawakan Tuhan. Tentu kedua judul tersebut sangatlah bertentangan artinya.

Singkatnya tertawa bersama Tuhan adalah menertawakan sesuatu hal yang dianggap lucu oleh manusia tersebut sekaligus dengan Tuhan. Seperti orang guyon di warung kopi, yang sering rasan-rasan kemudian mereka tertawa ketika menemukan hal lucu. Definisi tertawa bersama Tuhan yang saya maksud adalah demikian.

Kita tertawa bersama Tuhan dalam segala hal, termasuk juga dalam hal agama, atau Tuhan itu sendiri. Sedangkan menertawakan Tuhan, jika saya belajar bahasa Indonesia, kalimat tersebut adalah kalimat buruk maknanya, karena mengandung arti kita menghina sang pencipta, sehingga darah kita menjadi halal.

Menertawakan Tuhan, yang saya maksudkan adalah melihat hal-hal lucu tapi sebenarnya itu adalah sesuatu hal yang bisa masuk dalam kategori menghina Tuhan. Seperti, ketika kita melihat orang disabilitas, mereka berjalan dengan tertatih-tatih, kemudian ada hal lucu yang terjadi pada mereka. Lalu anda menertawakan mereka.

Kalau menurut saya itu masuk dalam menertawakan Tuhan dan hal tersebut, masih menurut pendapat pribadi saya tidak dibolehkan. Maka dalam tulisan kali ini saya tidak akan membahas hal yang kedua, tapi saya akan fokus pada tertawa bersama Tuhan.

Pegangan yang saja jadikan alasan kenapa orang bisa tertawa bersama Tuhan, saya kembali membatasi makna tertawa bersama Tuhan. Ini bukan makna tekstual, yang memiliki arti Tuhan duduk bersama kita, lalu ikut ngopi dan tertawa dengan lepas. Maksud saya bukan seperti itu, tapi bagaimana kemesraan yang kita jalin dengan Tuhan, sehingga ketika kita tertawa maka akan terasa jika Tuhan juga ikut tertawa.

Literatur yang saya baca pada masa kuliah mengatakan jika kaum sufi sering mempraktekkan hal tersebut. Salah satu buku yang saya baca, kalau tidak salah berjudul dimensi mistik dalam dunia Islam, disana dijelaskan kondisi orang sufi dan juga hatinya sehingga mereka bisa menghadirkan Tuhan di sisinya, berbincang dengan nya dan bahkan sering tertawa bersama mereka.

Kondisi batin kaum sufi, menurut penulis buku yang saya baca tidak bisa diukur dengan tolak ukur ilmiah. Dia mengatakan hanya individu kaum sufilah yang tahu jika Tuhan bersama mereka. Ketika itu terjadi, mereka mengetahui Tuhan selalu berada di sisi mereka, maka itu adalah puncak kenikmatan sebagai makhluk. Yakni bisa berkumpul bersama dengan pencipta.

Banyak kaum sufi mengatakan jika mereka tidak butuh surga atau takut pada neraka, yang mereka inginkan adalah ridho dan kasih sayang Tuhan, dan mereka takut akan murka dari Tuhan. Kemesraan kaum sufi bersama Tuhan inilah yang menjadikan Tuhan selalu hadir di sisi kaum sufi.

Menurut buku yang saya baca, kondisi seperti ini disebabkan oleh batin dan jiwa kaum sufi selalu dalam kondisi mengharap kehadiran Tuhan di sisinya, setiap saat dan tidak pernah bahkan satu detikpun hati kaum sufi tidak memikirkan Tuhan.

Dengan begitulah Tuhan kemudian hadir di dalam dirinya kaum sufi, Novel karya kaum sufi berjudul Layla majnun, adalah simbol dari hal tersebut. Ketika dua insan sudah memiliki koneksi batin, mereka saling mengerti satu sama lain, maka tidak ada batas dalam dirinya. Mereka sedih bersama, ketika tertawa mereka juga bersama. Sederhananya mereka sudah menjadi individu tunggal.

Di sinilah saya mengartikan bahwa kita sebagai manusia biasa juga berhak untuk tertawa bersama sang pencipta. Caranya adalah dengan menghadirkan Tuhan, merasa menghadirkan Tuhan bersama kita. Jika sudah begitu maka otomatis, dalam memandang sesuatu hal maka kita akan terbiasa dengan cara pandang yang luas.

Tidak gampang marah, dan tidak mudah terbawa arus. Contoh lucu ada dalam diri manusia itu sendiri. Manusia adalah ciptaan Tuhan yang katanya paling sempurna daripada ciptaan lainnya. Ada juga yang mengatakan jika manusia adalah citra terbaik dari Tuhan yang esa.

Karena manusia adalah citra, atau pancaran dari Tuhan maka manusia memiliki banyak kemiripan dengan Tuhan. Terutama adalah dalam hal sifat-sifatnya. Salah satunya adalah sifat sebagai pengatur alam semesta dan berkuasa atasnya.

Wujud dari citra Tuhan kepada manusia dalam hal sifat ingin mengatur alam semesta dan berkuasa adalah adanya dinamika politik untuk mendapatkan kekuasaan tertinggi dalam satu wilayah.

Jadi praktek politik yang ada pada masa sekarang ini adalah wujud dari keberadaan Tuhan di dunia. Jangan menyalahkan politik tersebut, karena itu adalah citra dari Tuhan, menurut saya para politisi adalah para sufi yang ingin mendekat pada Tuhan lewat jalur politik.

Semua yang dilakukan oleh para politisi adalah benar, karena mereka berada pada jalan Tuhan dari sisi berkuasa dan mengatur alam semesta.***Wibbi

Penulis adalah salah satu mahasiswa Ilmu al-Qur'an dan Tafsir di IAIN Ponorogo,

 

 

 


Related

Ngaso 7711958744448318248

Posting Komentar

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item