Philosopher King, Utopia Tanpa Batas
Paweling.com- Secara tiba-tiba saya ingat buku salah satu pemikir filsafat yang dianggap sebagai peletak dasar pemikiran filsafat, yakni Pla...
Paweling.com-Secara tiba-tiba saya ingat buku salah satu pemikir filsafat yang dianggap sebagai peletak dasar pemikiran filsafat, yakni Plato, murid dari Socrates. Plato kemudian memiliki murid Aristoteles, ketiganya (Socrates, Plato, dan Aristoteles) adalah bapaknya filsafat.
Karya yang mereka hasilkan menjadi babon dari khazanah dunia filsafat. Salah satu karya besar dari bapaknya filsafat adalah buku Republik yang dibuat oleh Plato. Dalam buku tersebut saya menemukan istilah Philosopher king.
Philosopher king adalah istilah baru bagi saya, dan baru saya temukan ketika semester 5 di IAIN Ponorogo. Philosopher king dalam bukunya Plato tersebut merujuk pada pemerintahan yang dipimpin oleh seorang raja dengan pengetahuan luas, tidak hanya dari segi pengetahuan pemerintahan, tapi juga dari sisi lainnya.
Selain itu, orang yang memimpin pemerintahan harus bersikap adil, dia harus bisa menjadi orang bijaksana sehingga segala keputusan yang diambil olehnya adalah keputusan benar dan tepat bagi masyarakat yang dipimpin.
Dahulu konsep philosopher king saya kira hanya bisa diterapkan pada sistem pemerintahan kerajaan. Tapi setelah saya amati dengan sedikit ketelitian, sebenarnya philosopher king bisa juga diterapkan di sistem pemerintahan lainnya, yang menjadi inti adalah sifat dari pemimpin itu harus seperti yang kami sebutkan tadi.
Pada saat diskusi pada zaman masih kuliah, saya sering membandingkan para philosopher king dari Romawi dan dari tanah Jawa. Karena nyatanya untuk ukuran kepala pemerintahan seperti yang tertera dalam bukunya Plato, Nusantara (khususnya Jawa) juga memilikinya.
Plato mengibaratkan philosopher king adalah kepala kapal, jadi dia harus memperhatikan keselamatan dari awak kapalnya, dan juga kapalnya. Harus memperhatikan kapan mereka akan berlayar, kapan harus berhenti berlayar.
Seorang nahkoda kapal, tentu memiliki beberapa awak untuk membantunya dalam menjalankan kapal, agar tetap aman hingga sampai tujuannya. Kalau saya mengimajinasikan philosopher king adalah sama seperti tokoh Maharaja Muda dalam sebuah cerpen yang pernah saya buat.
Ada dua pembantu Maharaja Muda dalam menjalankan roda pemerintahan, pertama adalah Mahapatih, dan juga Petani. Dalam mengambil keputusan Maharaja Muda sering datang ke rumah Petani untuk meminta pendapat, begitupun dengan Mahapatih.
Untuk masa sekarang, istilah Philosopher king saya kira hanya menjadi angan-angan saja, karena kita tidak akan mungkin menemukan Philosopher king seperti dalam bukunya Plato atau dalam naskah cerpen yang saya buat. Istilah Philoshoper king saya rasa menjadi istilah utopis, atau angan-angan yang tidak mungkin bisa dicapai oleh seorang atau komunitas.
Mungkin jika saatnya tiba, Tuhan akan mengirimkan philosopher king pada umat manusia ketika kondisi umat sudah terpecah belah. Seperti yang kita lihat sekarang, antar komunitas saling berdebat yang menimbulkan kebencian. Tidak percayanya masyarakat pada pemerintah, karena mereka hanya merampas hak rakyat.
Selebihnya, pada masa modern para filsuf hanya ingin hidup damai di tepi hutan, sambil mengamati alam, sesekali bercocok tanam. Sedangkan orang yang tahu akan kebenaran malah sibuk ngopi di angkringan, sambil berbincang tidak jelas untuk menutupi kepintarannya. Dan celakanya orang tidak tahu apa-apa, malah sok tahu akan segala hal, dan mereka menduduki kursi kekuasaan.
Maka dari itulah sambil ngopi mari kita sambut Philosopher king yang tidak kunjung datang.***WB
Kritik dan saran tepat kami terima, anda bisa langsung melayangkan kritik dan saran pada nomor kontak 085330537636, atau email [email protected]