Laskar kere, bukti menjadi kere bukan penghalang berjuang
Paweling.com -Dalam kosakata bahasa jawa ada kosa kata untuk menunjukkan kondisi seseorang yang tidak punya apa-apa. Kata tersebut adala...
http://www.paweling.com/2020/08/laskar-kere-bukti-menjadi-kere-bukan.html
Paweling.com-Dalam kosakata bahasa jawa ada kosa kata untuk menunjukkan kondisi seseorang yang tidak punya apa-apa. Kata tersebut adalah Kere, dalam kbbi kere diartikan sebagai sangat miskin, gembel, pengemis.
Manusia tentu tidak akan pernah ingin menjadi kere, karena itulah manusia berusaha dengan sedemikian keras agar bisa terlepas dari kata sifat kere. Tapi dalam beberapa kasus, banyak orang yang sudah berusaha dengan keras untuk mendapatkan uang, tapi tetap saja tidak bisa menghasilkan uang banyak sehingga dia masuk dalam kategori orang kere.
Di beberapa daerah kata kere menjadi umpatan ketika seseorang marah, dan secara umum kata kere adalah kata kasar untuk menyebut orang yang tidak mampu dalam segi ekonomi. tidak baik menyebut orang lain sebagai kere walau memang sebenarnya orang tersebut kere. Penyebutan kere terhadap orang lain akan membuat mereka malu.
Berbeda dari semua orang, Achmadi Hadisoemarto sangat bangga disebut sebagai kere, dia adalah pemimpin dari laskar kere. Dia dan beberapa anggotanya menganggap memandang kere bukanlah halangan untuk berjuang demi kemerdekaan Indonesia.
Menjadi kere bukan alasan bagi achmadi dan kawan-kawannya untuk tidak ikut berjuang mengusir para penjajah di Indonesia. Laskar kere yang dipimpin oleh achmadi ini menjadi salah satu laskar yang memberikan kontribusi besar bagi kemerdekaan Indonesia.
Asal usul laskar kere
Laskar kere terbentuk ketika terjadi serangan umum 4 hari di kota solo dan sekitarnya. Serangan tersebut berhasil mengusir para tentara Inggris dan para tentara berhasil merebut sejumlah pos-pos penting di kota solo dan sekitarnya.
Serangan umum 4 hari terjadi pada tanggal 7-10 agustus 1949, yang menarik dari serangan ini adalah terlibatnya masyarakat sipil dalam serangan tersebut. Yang terlibat di dalamnya adalah para pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum.
Pelajar di kota solo pada waktu itu memang bukanlah pelajar yang sembarangan, lewat tekad mereka untuk merebut kembali kota solo yang diduduki oleh penjajah mereka membentuk beberapa laskar, salah satunya adalah laskar kere yang diketuai oleh Achmadi.
Seperti yang ditulis di portal historia.id, Kesatuan kere ini merupakan gabungan pelajar dari berbagai sekolahan, yakni sekolah menengah pertama, sekolah guru atas, sekolah menengah tinggi, dan sekolah teknik.
Sebagai laskar kere, tentu perbekalan mereka dalam bidang tempur sungguh minim, tapi dalam hal semangat juang jangan dianggap remeh, para anggota kesatuan kere berjuang mati-matian demi mengusir tentara inggris di kota mereka.
Ada cerita yang menarik, untuk menutupi kekurangan mereka dalam segi senjata, laskar kere menggunakan kekuatan batin agar tidak mudah tertembak oleh para penjajah. Laskar kere dalam berbagai operasinya selalu ditempatkan dibagian depan, dan mereka mengemban sebagai mata-mata musuh, agar para perancang strategi berhasil membuat strategi tempur terbaik.
Karena itulah untuk menjadi anggota dari laskar kere tidaklah gampang, seperti kutipan wawancara okezone.com kepada salah satu anggota laskar kere, untuk bisa menjadi anggota dari laskar tersebut calon anggota harus berani, tidak boleh takut kepada para musuh dan harus kuat, tahan banting.
Kesatuan laskar kere kemudian dibubarkan ketika serangan umum 4 hari sudah berhasil, mereka semua kembali ke sekolahannya masing-masing untuk menyelesaikan studinya. Ketua dari laskar kere, Achmadi melanjutkan karir militernya sampai dia tutup usia pangkatnya adalah Mayor Jenderal TNI.
Menjadi kere dan semangat berjuang
Kere tidak menjadi alasan bagi pelajar kota solo untuk memperjuangkan kemerdekaan, dengan alat seadannya mereka berjuang dengan gagah berani. Banyak anggota laskar kere yang memiliki ilmu lebih (ilmu batin), di antaranya adalah kebal terhadap peluru.
Dengan ilmu batin itulah maka laskar kere dengan berani dan yakin menempati garis depan sebagai mata-mata bagi tentara Indonesia. Untuk memperoleh ilmu batin tentu mereka harus berusaha dengan keras, harus melakukan laku tirakat.
Jika kita Tarik pada masa sekarang ini, tentu para pelajar tidak akan mampu menyamai semangat juang dari para pelajar laskar kere. Karena tidak akan mungkin pelajar muda kita mampu untuk berani mati melawan penjajah.
Yang harus kita tiru dari mereka adalah semangatnya dalam memperjuangkan kemerdekaan, keadaan mereka yang kere tidak menjadi alasan untuk berhenti berjuang.
Seperti yang dikatakan oleh komandan Achmadi, pemimpin laskar kere, “Kita kan Laskar Kere, Pak, melarat, tetapi tidak kalah semangat,” (dikutip dari artikel historia.id berjudul semangat laskar kere) ***Wibbi.