Memperingati Hari jadi Ponorogo ke-529, Sejumlah Pegiat Sejarah di Ponorogo Mengadakan Jelajah Situs
Paweling.com- Dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Ponorogo yang ke-529, sejumlah komunitas pegiat sejarah di Ponorogo mengadakan ...
Paweling.com- Dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Ponorogo yang ke-529, sejumlah komunitas pegiat sejarah di Ponorogo mengadakan jelajah situs. Kegiatan ini diinisiasi oleh Komunitas Jawa Kuna Kulwan Wilis dan Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Ponorogo yang menggandeng beberapa komunitas lain seperti Pamong Wengker, Smart Street Intitute, Komunitas Ruang Desa, dan HMJ SPI UIN Ponorogo. Tidak hanya itu, kegiatan jelajah situs ini juga mendapat sambutan baik dan disupport oleh pemerintah Kabupaten Ponorogo.
Jelajah situs ini bertujuan untuk mengenalkan peninggalan dan jejak leluhur Ponorogo kepada masyarakat umum, terkhusus untuk generasi muda. Kegiatan ini diikuti peserta berjumlah 90 dengan latarbelakang yang berbeda-beda. Sebanyak 90 peserta tersebut terdiri dari 20 wakil dari UIN, 15 anggota komunitas Pamong Wengker, 15 pegiat sejarah, dan 40 orang lainnya dari masyarakat umum, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa.
Kegiatan ini dimulai dari Museum Transit dan resmi diberangkatkan oleh Bupati Ponorogo, Sugiri Sancoko di Pendopo Kabupaten pukul 09.00 WIB. Dengan menggunakan kendaraan yang didukung Pemerintah Kabupaten, mereka mengunjungi enam lokasi bersejarah, yaitu Makam Batoro Katong, Situs Gunung Gae Ngrupit Jenangan, Masjid Kiai Kholifah Bogem, Situs Dusun Medang Sampung, Stoom atau Cerobong Asap Sampung, dan ditutup di Monumen Reyog Sampung.
Dalam sambutannya, Sugiri Sancoko mengatakan, “Kata ahli pernah mengatakan bahwa kalau kamu ingin melumpuhkan suatu bangsa, pisahkan generasi muda dari leluhurnya, pisahkan generasi muda dari sejarahnya pasti bangsa itu akan kocar-kacir dan cerai-berai. Kami ingin nah ini kita tautkan kembali bahwa rahim perjalanan sejarah bangsa ini ada pada tautan rahim leluhur,” ujar Kang Giri.
Selain itu, Kang Giri, sapaan akrab Sugiri Sancoko, juga mengungkapkan kegelisahannya terhadap sistem pendidikan di Sekolah Dasar (SD) yang mulai meninggalkan pelajaran fundamental seperti sejarah dan PMP (pendidikan Moral Pancasila).Ia berharap kegiatan ini menjadi awal dari gerakan yang lebih besar untuk mengembalikan jati diri bangsa. Yaitu dengan membangun Museum Peradaban di Sampung, yang diawali dengan Museum Transit yang telah dirintis. Museum ini diharapkan menjadi pusat penelitian dan pijakan untuk membangun karakter bangsa berdasarkan kearifan leluhur. “Ini awal mula yang baik... kecil tapi ini bermakna besar. Tidak sekedar jalan dan bersama-sama wisata, tapi kita menancapkan sebuah tonggak sejarah, kita mulai berkiblat membangun berbasis agama bangunan yang kokoh sepanjang masa,” pungkas Kang Giri.
Titis, selaku perwakilan dari panitia, menyatakan bahwa kegiatan ini telah menjadi agenda rutin. “Kegiatan ini sebenarnya sudah dilakukan beberapa kali sebelum tahun ini. Cuma di tahun-tahun kemarin kami masih menggunakan kereta kelinci atau untuk menuju ke situs-situs tersebut. Tetapi di tahun ini dengan dukungan dari Pemerintah Kabupaten Ponorogo, kita sudah tidak menggunakan kendaraan yang tidak legal. Ini, kami juga didukung dari kawan-kawan sesepuh pamong wengker dan tim cagar budaya,” ungkapnya.
Kegiatan ini diharapkan tidak berhenti sebagai seremonial belaka atau berhenti di sini, tetapi menjadi pemantik awal untuk memunculkan kesadaran akan pentingnya memahami, menjaga, serta meneruskan warisan leluhur. Juga menjadikan sejarah dan budaya sebagai fondasi untuk membangun masa depan bangsa, terlebih untuk generasi muda.