Masjid Tegalsari Ponorogo: Napak Tilas Peradaban Islam di Bumi Reog
Masjid Tegalsari tempo dulu. Dok: C. K. Elout Paweling.Com- Ponorogo selama ini lekat dengan citra Reog — kesenian yang gagah, magis, dan m...
http://www.paweling.com/2025/05/masjid-tegalsari-ponorogo-napak-tilas.html
![]() |
Masjid Tegalsari tempo dulu. Dok: C. K. Elout |
Masjid Tegalsari didirikan pada abad ke-18 oleh Kiai Ageng Muhammad Besari. Beliau bukan sekadar ulama, tetapi juga seorang pemikir, pendidik, dan pembangun peradaban. Di zamannya, Tegalsari tumbuh menjadi pusat dakwah dan pendidikan Islam yang sangat berpengaruh. Pesantrennya menampung ribuan santri dari berbagai penjuru Nusantara.
Nama Kiai Ageng Muhammad Besari tak bisa dilepaskan dari perkembangan pemikiran dan sastra Jawa. Ia dikenal dekat dengan kalangan keraton, baik Surakarta maupun Yogyakarta, serta menjadi guru bagi banyak tokoh penting. Salah satu murid terkenalnya adalah Raden Ronggowarsito, pujangga besar yang karya-karyanya menjadi rujukan penting dalam sastra dan filsafat Jawa. Yang menarik, pesantren Tegalsari tak hanya mengajarkan ilmu agama. Di sini pula diajarkan sastra dan ilmu-ilmu kemasyarakatan — menjadikan Tegalsari sebagai pesantren yang visioner dan inklusif pada masanya.
Jika kita melangkahkan kaki ke kompleks Masjid Tegalsari, suasana tenang langsung menyergap. Masjidnya sederhana namun penuh wibawa. Arsitektur khas masjid tradisional Jawa langsung tampak dari atap tumpang tiga yang menjulang anggun. Pilar-pilar kayu jati yang besar dan kokoh menopang bangunan utama, sebagian besar masih asli sejak abad ke-18. Ukiran-ukiran klasik pada pintu dan jendela menambah kesan artistik dan anggun.
Di pelataran masjid terdapat makam Kiai Ageng Muhammad Besaridan keluarga besar beliau. Area makam ini ramai diziarahi oleh peziarah dari berbagai daerah, terutama saat haul yang digelar setiap tahun. Tradisi haul ini menjadi salah satu momen penting, di mana masyarakat berkumpul untuk berdoa, mengenang jasa-jasa sang ulama, dan mempererat silaturahmi.
Seiring waktu, meskipun pesantren besar Tegalsari sudah tidak lagi berfungsi seperti dahulu, nama dan warisannya tetap hidup. Masjid Tegalsari kini menjadi salah satu destinasi wisata religi andalan di Ponorogo. Pemerintah daerah dan masyarakat setempat bahu-membahu menjaga kelestariannya, baik secara fisik maupun spiritual.
Selain menjadi tempat ibadah dan ziarah, kawasan Masjid Tegalsari sering digunakan untuk pengajian rutin, kajian kitab kuning, hingga diskusi budaya dan sejarah. Kehadiran peziarah dan wisatawan juga memberikan dampak ekonomi bagi warga sekitar yang menyediakan aneka kuliner, suvenir, dan penginapan sederhana.
Berziarah ke Masjid Tegalsari bukan hanya soal melihat bangunan tua atau makam ulama besar. Lebih dari itu, ini adalah perjalanan batin. Suasana yang hening, teduhnya pepohonan di sekitar area masjid, serta aroma kayu jati yang menguar dari bangunan utama membawa siapa saja yang datang pada perenungan dan ketenangan jiwa.
Di tengah hiruk pikuk zaman modern, Masjid Tegalsari seolah menjadi pengingat bahwa di masa lalu, para ulama dan cendekiawan telah menanamkan benih peradaban yang kaya nilai. Semangat belajar, berdakwah, dan membangun masyarakat yang seimbang antara ilmu dan akhlak — semua itu masih terasa hingga hari ini.
Masjid Tegalsari adalah lebih dari sekadar bangunan tua. Ia adalah cermin sejarah, pusat keilmuan, dan simbol persinggungan budaya Islam dan Jawa. Jika Anda ingin merasakan ketenangan sekaligus menelusuri jejak peradaban Islam klasik di tanah Jawa, Masjid Tegalsari adalah tempat yang tak boleh dilewatkan.
Penulis: Miftahul Munir