Sebuah Kenangan, Bersamanya

“Aku mengenalnya sebagai gadis cantik, urakan, pintar sekaligus ceplas-ceplos kalau ngomong”. Di setiap peradaban akan ada satu wanita yang ...



“Aku mengenalnya sebagai gadis cantik, urakan, pintar sekaligus ceplas-ceplos kalau ngomong”.

Di setiap peradaban akan ada satu wanita yang istimewa dengan segala keilmuan yang melekat di dalam otaknya, banyak sekali contohnya, dan hawa adalah sosok yang pertama kali. Wanita pertama dengan segala kelebihannya, Adam bisa kalah dengannya, “hawa memang luar biasa tapi ini bukan tentang hawa, ini tentang wanita kecil yang menjadi kesayanganku”.

Udara malam membuat tulangku menggigil, “minumlah ini”, tawarnya, aku menolaknya. Kuambil rokok kemudian menyedotnya, “kenapa kau tidak mau meminumnya?, ini akan membuat tubuhmu hangat”, aku menggeleng “sudah teruskan ceritamu”, kataku.

Berkali-kali aku berkata, tiada cerita sejarah yang benar kecuali ceritanya, dialah makhluk yang masih hidup dari zaman azali hingga sekarang, salah satu sumber otentik sejarah dari tiga sumber sejarah yakni malaikat dan Tuhan, pada dua narasumber terakhir aku tidak mungkin bertanya, siapakah aku yang bisa mendekat pada malaikat dan Tuhan.

“belajar apa kamu tadi siang”, tanyanya padaku.

“saya tidak pernah belajar apapun, di sana saya hanya duduk dan mendengarkan kemudian pergi ke warung kopi, di warung itulah saya menemukan pelajaran”. Dia tertawa, kemudian tersenyum dan mengangguk.

Rembulan tepat berada di atas kami, rembulanlah saksi kami dalam mengungkap sejarah, kadang dia hanya kelihatan setengah, kadang juga penuh, tapi yang jelas dia telah merekam pembicaraan kami. Satu batang rokok sudah aku habiskan tapi dia masih saja belum memulai ceritanya, “ayo lekas dimulai, udara semakin dingin, sementara rokoknya tinggal 4 batang”.

“ini minumlah, akan menghangatkan tubuhmu”, tawarnya, aku tertawa dan berkata padanya untuk segera bercerita.

***

Aku tentu bukanlah manusia yang hebat, untuk sekedar bisa menulis saja, aku membutuhkan 5 tahun lamanya. “berapa lama kamu belajar menulis”, tanyanya padaku.

“lima tahun pak”, jawabku.

“lima tahun lamanya tapi tulisanmu masih mentah begini!, jangan habiskan umurmu hanya untuk macak saja”, katanya.

Setahun lalu aku masuk ke media ini, ternyata belajar menulis sama sulitnya dengan belajar hidup, untuk sekedar memahami satu peristiwa aku membutuhkan waktu yang sangat lama. Dan sekarang masih sama seperti setahun lalu aku hanya bisa duduk kemudian merenung, untuk sekedar merefleksikan tulisan menjadi berita atau artikel aku masih membutuhkan waktu yang lama, “bagaimana mereka melakukannya dengan cepat”, batinku. Kembali kusruput kopi hitam ini.

Beberapa hari yang lalu aku mengikuti teman-temanku liputan tentang kasus korupsi, mereka berjejer di depan pintu pengadilan, berjubel-jubel, sementara aku hanya mengamatinya dari jauh, “tidak ikut mengantri untuk wawancara mbak?”, Tanya sopir taksi.

“tidak pak, disana sudah ada temanku, nanti jika butuh data wawancara dari terdakwa aku bisa meminta padanya, menurut bapak apa itu korupsi dan hukuman apa yang pantas buat pelakunya”, tanyaku pada sopir taksi itu, dan mulailah aku mewawancarai sopir taksi itu, aku mengambil sudut pandang yang berbeda dari teman-temanku. Pukul 3 sore semuanya selesai para wartawan bubar sendiri-sendiri dengan beragam ide tulisan di dalam otaknya, ada yang mengkritik terdakwa, ada yang mendukungnya dengan mengatakan jika terdakwa bukanlah seorang koruptor, “media sekarang bukan mencari kebenaran tapi mencari uang dengan menyenangkan pelanggan dan pemodal-nya”, batinku.

Tapi aku juga berjalan, menyudahi wawancaraku, “ingat mbak, koruptor itu bukan hanya para pejabat pemerintah, bahkan para wartawan bisa juga korupsi, dengan cara menutup-nutupi kebenaran, dan dengan itu membebaskan terdakwa dari hukuman”, kata terakhir si sopir taksi, aku hanya mengangguk dan tersenyum.

Jam delapan malam telah aku selesaikan tulisanku, berbentuk artikel, seperti biasa aku spesialis mengisi kolom artikel di mediaku, “ini pak, semoga lebih baik dari kemarin”, kataku, seminggu saya mendapat bagian 3 tulisan, maka satu tulisan harus saya selesaikan dalam waktu dua hari. Jam Sembilan malam saya pulang, tidur dan menenangkan pikiran.

Pagi jam Sembilan aku berangkat ke kantor “inikah rutinitasmu?”, tanyanya, aku jawab dengan anggukan kepala tanpa berkata sedikitpun. 

“tulisanmu bagus, tapi sudah berapa kali aku katakan jangan mengkritik pemerintah, jangan sekali-kali”, kata pemred mediaku, aku hanya diam, percuma untuk melawannya aku hanya penulis kecil yang mencoba untuk bersikap idealis.

***

“Siapa namanya?” tanyaku padanya.

“Shinta”.

“bukankah itu nama dari istri Rama?”, tanyaku, dia tersenyum, memang nama itu sama dengan istri kresna, sifat mereka juga sama, barangkali mereka mempunyai hubungan lebih dari sekedar persamaan nama, “aku hanya makhluk dan banyak yang tidak aku ketahui, Tuhan itu maha segala-galanya, dialah Tuhan yang suka sekali menyembunyikan kebenaran, dan kita makhluk yang suka sekali mengatakan jika kita sudah mengetahui kebenaran Tuhan”, katanya.

Udara masih dingin, tidak berubah “kau bisa menghadirkan rokok?”, tanyaku padanya, sudah habis empat batang rokok, dan udara yang dingin mana bisa aku lewatkan tanpa rokok, untuk meminum minumannya aku tidak mau, bukan masalah gelar kesholehan, ini masalah prinsip dan prinsip itu urusan pribadi dan harus dihormati setiap individu diluar dirinya.

***

Untuk keluar dari media ini aku tidak bisa, dalam waktu seminggu aku hanya bisa mengirim satu tulisan yang bisa dimuat di media itu, sisanya dibuang, ditolak dengan berbagai alasan “jangan mengkritik pemerintah, pemerintah sedang melakukan pembenahan system agar lebih baik, kamu seharusnya mendukungnya jangan malah melemahkannya”, alasan inilah yang sering aku dengarkan, urusan pemerintah, pokoknya jangan memasukkan kritikan pemerintah pada tulisanku.

Dari satu tulisan itu aku bisa membiayai kuliahku, kampusku kecil dengan tidak banyak mahasiswanya, mungkin karena itulah biaya kuliah di sana juga kecil. Wawancaraku dengan sang supir taksi menjadi sia-sia, para petinggi media menolaknya karena ada satu paragraf yang mengkritik pemerintah. Sekarang aku hanya duduk di mejaku, memandang computer sesekali aku menghisap rokokku.

Aku masukkan tulisan gagalku dalam satu folder di komputer, “tulisan elek” nama folder itu, tulisan ini akan menggenapi tulisan gagalku yang kedua ratus. Sambil menghisap rokok aku mencoba membaca ulang tulisan-tulisanku, dari angka satu sampai angka dua ratus.

***

“mana rokokmu”, tanyaku, sudah habis dua batang, malam semakin dingin membuat diriku semakin sregep untuk menghisap rokok.

“andaikan ada dia disisiku tentu aku sudah menghisap punya dia”, kataku sambil tersenyum.

Dunia masih berputar, dengan kencang, dan dengan keteraturan yang sangat mengagumkan, waktu yang begitu lama tidaklah membuat orang belajar akan kesalahannya, waktu seolah menjadi bahannya untuk melupakan masa lalunya, menghilangkan semuanya tanpa sisa.

“benarkah media saat ini benar-benar hilang independennya?”, tanyaku padanya.

Dia hanya senyum, tidak berkata, malah kemudian dia memberikan dua puluh Koran. “bacalah maka kamu akan mengerti sendiri”,katanya.

Aku kemudian tersenyum, sudah lama aku tidak membaca, apakah aku masih bisa membaca, apakah aku bisa memahami Koran-koran ini. 

“aku pergi dulu, sudah waktunya aku solat”, tanpa persetujuanku dia melangkah pergi.

“ah, dasar Iblis, semaunya sendiri”, batinku, dialah Iblis yang terlaknat, dengan dijadikannya dia sebagai makhluk terbuang tidak membuat dia menyesal pada perbuatannya, dia masih seenaknya sendiri tidak mau disuruh oleh siapapun, dia sangat bebas, tapi kebebasannya tidak membuat dia berani melawan Tuhan. Aku kemudian mengambil Koran itu dan memulai membacanya.


Related

Ngaso 9083350569400693925

Posting Komentar

  1. Harrah's Hotel and Casino - Mapyro
    Harrah's Hotel and Casino is located 상주 출장마사지 in 부산광역 출장샵 Council 여수 출장마사지 Bluffs, Iowa. Harrah's Hotel and 김포 출장샵 Casino is located in Council Bluffs, Iowa. 경주 출장마사지 Harrah's Hotel and Casino is

    BalasHapus

emo-but-icon

Follow Us

Hot in week

Recent

Comments

Side Ads

Text Widget

Connect Us

item