Islam Modernitas Ala Farid Esack
PAWELING.COM - Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, tujuan dari Islam adalah mengembangkan dan memberikan rahmat pada seluruh...
PAWELING.COM - Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad, tujuan dari Islam adalah mengembangkan dan memberikan rahmat pada seluruh alam. Definisi tersebut menjadikan Islam sebagai sebuah rahmat bagi seluruh manusia, baik itu yang muslim (beragama Islam) atau yang non muslim (bukan bagian dari agama Islam).
Untuk tujuan itulah maka dalam agama Islam ada sebuah konsep bahwa Islam mampu perkembang dalam setiap zaman atau dalam bahasa arab disebut sebagai li kuli zaman wal makan. Konsep tersebut menghuruskan para pemeluk agama Islam untuk terus berkembang dan menyesuaikan dengan kondisi zamannya, kemudian disebut sebagai Islam modernitas.
Islam modernitas adalah pandangan Islam yang lebih modern, terutama dalam memandang hukum-hukum tradisional (hukum fiqh, kalam, kajian tafsir, dan semua hal seputar agama Islam) yang diproduksi oleh ulama tradisional. Islam modernitas bukan bermaksud menggantikan hukum tradisonal dengan yang baru.
Tetapi lebih melihat dengan cara pandang modern terhadap hukum tradisional. Hukum tradisional harus disesuaikan dengan cara pandang modern, sehingga Islam bisa terus berkembang, dan sesuai dengan kondisi zamannya.
Tetap ada satu hal yang perlu dipahami, pemahaman Islam modernitas, bahwa Islam harus dirubah dan disesuaikan dengan konteks zaman itu bukan pada semua aspek Islam. Hukum-hukum seperti wajib menjalankan sola 5 waktu, puasa Ramadhan, zakat, dan perkara-perkara utama dalam Islam itu tidak bisa dirubah.
Perkara-perkara yang bisa disesuaikan dengan zamannya adalah, persoalaan metode pembayaran dan jenis zakat. Misal pada masa yang akan datang makanan pokok manusia adalah roti, ketika zaman itu telah tiba apakah pembayaran zakatnya masih pakai beras. Dan contoh lainnya yang semacam itu.
Farid esack dan pandangan Islam modernitas
Sebenarnya berbicara tentang Islam modernitas banyak sekali ulama Islam Nusantara yang mengkaji dan mengembangkannnya. Semisal Gus Dur, pandangannya terhadap agama lain dan juga tentang kemanusiaan telah menjadikan Islam Nusantara lebih harmonis lagi.
Pandangan Gus Dur bahwa kemanusiaan lebih penting daripada agama telah menjadikan umat Islam Indonesia sebagai umat yang harmonis. Umat Islam yang lebih mementingkan rasa kemanusiaan untuk proses kerukunan, daripada perselisihan atas dasar agama.
Selain Gus Dur, Nurchalis Majid juga salah satu tokoh Islam Nusantara yang mengembangkan modernitas. Cak Nur memberikan kritik pada cara pandang keagamaan lama yang menurutnya tidak relevan lagi, da juga tidak rasional. Islam pada masa modern harus bersifat rasional dan menerima perkembangan zaman.
Contoh lainnya adalah Quraish Shihab, tokoh tafsir ini memberikan tafsiran dengan nafas segar budaya Nusantara, dan juga memberikan argument rasional dalam karya tafsirnya. Tetapi kenapa penulis mengambil tokoh dari luar Nusantara.
Berbicara tentang farid esack, dia lahir di Afrika selatan. Pemikirannya yang memperjuangkan Islam modernitas menjadi salah satu dasar banyak negara yang mengundangnya untuk berkuliah. Agar pemikiran dari Farid esack tersebut bisa terserap oleh negara yang bersangkutan.
Di Indonesia sendiri, farid Esack sudah beberapa kali berkunjung ke Indonesia. Pandangan farid terkait Islam modernitas ini lebih kepada refleksi dari masa lalunya. Dasar utamanya adalah penentangan terhadap diskriminasi warna kulit, terutama oleh doktrin-doktrin agama.
Farid esack berpendapat jika agama itu basisnya adalah kemanusiaan (sama seperti Gus Dur). Dia juga menambahkan jika kata Din dalam al-Qur’an bukan bermakna tekstual yang berarti agama. Melainkan merupakan sebuah proses untuk mendapatkan ridha dari Tuhan yang esa, dengan pengertian ini maka ekspresi keagamaan (seperti model baju, bahasa, simbol-simbol) tidak terlalu penting diperhatikan.
Beragama dalam kacamata Farid Esack harus lebih mementingkan sifat kemanusiaan, dalam arti yang lebih luas penulis menafsirkan pendapat Farid Esack sebagai, Tuhan tidak menurunkan Islam hanya untuk Muhammad dan kaumnya, melainkan untuk seluruh alam, Tuhan sendiri sudah berjanji untuk menjaga ciptaanya walau mereka patuh pada tuhan atau tidak.
Maka atas dasar inilah (Tuhan menjaga semua ciptaanya, menurunkan Islam sebagai rahmat untuk seluruh alam) sudah sepantasnya kita tidak berbuat jahat pada sesama manusia, terutama dalam perbedaan agama. Masalah agama adalah permasalahan Tuhan dan individu manusia, bukan perkara yang mesti kita selesaikan. Bahkan Nabi sendiri dilarang oleh Tuhan untuk memaksakan keimanan dari orang kafir.
Sementara itu, legitimasi bahwa agama disisi Allah hanyalah Islam, Menurut Farid Esack Islam harus dimaknai secara luas, jadi bukan hanya sebatas agama Islam saja. Islam dimaknai sebagai agama yang universal. Bentuk akar kata dari Islam adalah Pasrah. Maka farid Esack menggunakan bahasa Pasrah untuk merujuk agama yang berada di sisi Allah.
Kafir menurut Farid Esack
Selain masalah agama farid Esack juga berkomentar mengenai label kafir. Menurutnya kafir disematkan oleh pengkut Nabi Muhammad kepada kaum quraisy yang tidak mengikuti Nabi (ketika di Makkah). Dan para ahli kitab yang tidak mengikuti Nabi Muhammad (ketika berada di Madinah).
Setelah Nabi wafat penggunaan dari kata kafir ini disematkan secara bebas. Ketika kelompok Imam Ali terpecah menjadi 2 maka golongan Khawarij mengatakan jika Imam Ali dan Muawiyah bin Abi Sofyan sebagai orang kafir. Sementara kubu Muawiyah juga mengatakan yang sebaliknya.
Tetapi menurut Farid esack penggunaan kata kafir yang paling tepat adalah bahwa orang yang dianggap kafiri itu ketika mereka menerima rahmat dari Tuhan (dalam bentuk apapun) tetapi dia menolak untuk bersyukur dan malah melupakan Tuhan. Karena itulah kafir bukan merujuk pada orang yang menolak ajaran Nabi Muhammad, tetapi kafir adalah semua orang yang menolak untuk bersyukur pada Tuhan.
Dua pemikiran inilah yang patut untuk kita pelajari, dengan memahami bahwa konsep agama adalah memanusiakan manusia, maka sikap kita akan cenderung toleran pada agama lainnya. Kedua bahwa agama itu semuanya benar (dalam arti mengajarkan kebenaran) maka kita akan bersikap tidak pernah melecehkan agama lainnya. Kemudian Jangan sampai menista orang dengan perkataan kafir, karena merujuk dari Farid Esack kafir bisa tersemat pada orang Islam sekalipun.
Penulis : Lohanna Wibbi Assiddi